with :
1 Comments
Renungan : Nasehat Hati Seorang Muslim. Sebelumnya kami Admin Laurencius Mohon dimaafkan bila ada kata-kata dalam semua artikel kami yang menyinggung perasaan dari para Sahabat sekalian.
Berbicara tentang nasehat, kulihat diriku belum layak untuk memberikannya. Sebab, nasehat seperti zakat, nishabnya adalah kemampuan untuk memetik nasehat itu bagi dirinya sendiri.
Kehidupan seorang muslim tidak dapat dicapai dengan sempurna, kecuali mengikuti jalan Allah SWT yang dilalui secara bertahap.
Berbicara tentang nasehat, kulihat diriku belum layak untuk memberikannya. Sebab, nasehat seperti zakat, nishabnya adalah kemampuan untuk memetik nasehat itu bagi dirinya sendiri.
Kehidupan seorang muslim tidak dapat dicapai dengan sempurna, kecuali mengikuti jalan Allah SWT yang dilalui secara bertahap.
Tahapan-tahapan itu antara lain :
- Tobat,
- Sabar,
- Faqir,
- Zuhud,
- Tawakal,
- Cinta,
- Makrifat dan
- Ridha.
Seseorang yang mempelajari Ilmu Tasawuf wajib mendidik jiwa dan akhlaknya. Sementara itu, hati adalah cermin yang sanggup menangkap makrifat. Dan kesanggupan itu terletak pada hati yang suci dan jernih.
Seseorang yang belum mencapai nishab, bagaimana ia akan mengeluarkan zakat? Dan seorang yang tak memiliki cahaya, bagaimana dapat dijadikan sebagai alat penerang oleh orang lain?
Bagaimana bayangan kayu bisa lurus jika kayunya sendiri bengkok?
"Nasehatilah dirimu, jika kau mampu memetik nasehat, maka nasehatilah orang lain. Jika tidak, maka malulah kepada-Ku".
Barangsiapa hendak mengetahui aib-aibnya, ia dapat melakukan empat jalan berikut :
1. Duduk dihadapan seorang guru yang mampu mengetahui keburukan hati dan berbagai masalah yang tersembunyi didalamnya. Kemudian ia memasrahkan dirinya kepada sang guru dan mengikuti petunjuknya dalam bermujahadah membersihkan aib itu.
Ini adalah keadaan seorang murid dengan syeikh-nya dan seorang pelajar dengan gurunya. Sang guru akan menunjukkan aib-aibnya dan cara pengobatannya.
Di era sekarang ini guru semacam ini langka, namun masih ada (jangan berkecilhati).
Ini adalah keadaan seorang murid dengan syeikh-nya dan seorang pelajar dengan gurunya. Sang guru akan menunjukkan aib-aibnya dan cara pengobatannya.
Di era sekarang ini guru semacam ini langka, namun masih ada (jangan berkecilhati).
2. Mencari seorang teman yang jujur, memiliki bashiroh (mata hati yang tajam) dan berpegangan pada agama, kemudian menjadikan temannya itu sebagai pengawas yang mengamati keadaan, perbuatan, serta semua aib batin dan dhohirnya, sehingga ia dapat memperingatkannya.
Hal demikian inilah yang dahulu dilakukan oleh orang-orang cerdik, orang-orang terkemuka dan para pemimpin agama.
Hal demikian inilah yang dahulu dilakukan oleh orang-orang cerdik, orang-orang terkemuka dan para pemimpin agama.
3. Berusaha mengetahui aib dari ucapan musuh-musuhnya. Sebab pandangan yang penuh kebencian akan berusaha menyingkapkan keburukan seseorang.
Bisa jadi manfaat yang diperoleh seseorang dari musuh yang sangat membencinya dan suka mencari-cari kesalahannya adalah lebih banyak dari teman yang suka bermanis muka, memuji dan menyembunyikan aib-aibnya.
Namun, sudah menjadi watak manusia untuk mendustakan ucapan musuh-musuhnya dan memegangnya sebagai ungkapan kedengkian. Tetapi, orang yang memiliki mata hati jernih mampu memetik pelajaran dari berbagai keburukan dirinya yang disebutkan oleh musuhnya.
Bisa jadi manfaat yang diperoleh seseorang dari musuh yang sangat membencinya dan suka mencari-cari kesalahannya adalah lebih banyak dari teman yang suka bermanis muka, memuji dan menyembunyikan aib-aibnya.
Namun, sudah menjadi watak manusia untuk mendustakan ucapan musuh-musuhnya dan memegangnya sebagai ungkapan kedengkian. Tetapi, orang yang memiliki mata hati jernih mampu memetik pelajaran dari berbagai keburukan dirinya yang disebutkan oleh musuhnya.
4. Bergaul dengan masyarakat. Setiap kali melihat perilaku tercela seseorang, maka ia segera menuduh dirinya sendiri juga memiliki sifat tercela itu. Kemudian ia tuntut dirinya untuk segera meninggalkannya.
Sebab, seorang Mukmin adalah cermin bagi mukmin lainnya. Ketika melihat aib orang lain ia akan melihat aib-aibnya sendiri.
Sebab, seorang Mukmin adalah cermin bagi mukmin lainnya. Ketika melihat aib orang lain ia akan melihat aib-aibnya sendiri.
Demikian Renungan : Nasehat Hati Seorang Muslim, Insya Allah akan dilanjutkan lagi di Nasehat Hati Untuk Beribadah Seorang Muslim. Semoga Manfaat.
Terimakasih Guruku, KH Sulaiman, Ponpes Assalafiyah Tanjungsari Timur. Subang.
Renungan : Nasehat Hati Seorang Muslim
4/
5
Oleh : Unknown
1 comments: